Today

Pesantren Modern vs Tradisional: Apa Bedanya dan Mana Lebih Baik?

Santri.ID

Pesantren Modern vs Tradisional: Apa Bedanya dan Mana Lebih Baik? / Canva Edu

Pesantren Modern vs Tradisional: Apa Bedanya dan Mana Lebih Baik? – Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki sejarah panjang di Indonesia. Sejak ratusan tahun lalu, pesantren telah menjadi pusat pendidikan, dakwah, dan pembentukan karakter umat Islam di Nusantara. Namun seiring perkembangan zaman, sistem pendidikan pesantren juga ikut berevolusi. Kini, kita mengenal dua tipe pesantren yang berkembang pesat: pesantren tradisional (salaf) dan pesantren modern (khalaf).

Kedua model pesantren ini memiliki tujuan yang sama, yaitu mencetak generasi berilmu dan berakhlak mulia, tetapi metode, kurikulum, dan pendekatan yang digunakan sering kali berbeda. Lalu, apa sebenarnya perbedaan antara pesantren modern dan tradisional? Dan apakah salah satunya bisa dikatakan lebih baik dari yang lain?

Artikel ini akan membahas secara mendalam perbedaan, kelebihan, dan kekurangan keduanya, serta bagaimana masyarakat dapat memilih jenis pesantren yang paling sesuai dengan kebutuhan anak dan perkembangan zaman.

Sejarah dan Ciri Khas Pesantren Tradisional

Pesantren tradisional atau salafiyah merupakan bentuk pesantren tertua di Indonesia. Model ini mulai berkembang sejak abad ke-13, dibawa oleh para ulama dan wali seperti Walisongo di Pulau Jawa. Pesantren jenis ini menekankan pengajaran ilmu-ilmu agama Islam klasik yang bersumber dari kitab kuning atau kutub al-turats.

Dalam sistem pesantren tradisional, metode belajar utamanya adalah sorogan (santri membaca kitab di hadapan guru) dan bandongan (guru membaca kitab, sementara santri menyimak dan mencatat). Fokus utama pembelajarannya meliputi ilmu fiqih, tauhid, tafsir, hadits, nahwu, sharaf, dan akhlak.

Ciri khas pesantren tradisional antara lain:

  1. Kiai sebagai pusat otoritas ilmu dan spiritual. Semua keputusan akademik dan sosial berada di bawah bimbingan kiai.
  2. Kurikulum berbasis kitab kuning. Tidak ada mata pelajaran umum seperti matematika atau sains (meskipun sebagian kini mulai menggabungkan keduanya).
  3. Hidup sederhana dan mandiri. Santri tinggal di pondok, makan bersama, dan dilatih disiplin dalam ibadah serta kegiatan sehari-hari.
  4. Fokus pada pembentukan karakter dan spiritualitas. Tujuan utamanya adalah melahirkan santri yang alim, tawadhu’, dan bermanfaat bagi masyarakat.

Pesantren seperti Lirboyo (Kediri), Langitan (Tuban), dan Sidogiri (Pasuruan) adalah contoh pesantren tradisional yang masih mempertahankan sistem klasik dan telah berdiri lebih dari satu abad.

Lahirnya Pesantren Modern

Sementara itu, pesantren modern mulai berkembang pada awal abad ke-20 sebagai bentuk adaptasi terhadap perkembangan zaman dan tuntutan pendidikan nasional. Tokoh yang berperan besar dalam lahirnya pesantren modern adalah KH Imam Zarkasyi, pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor (Ponpes Gontor).

Pesantren modern tetap berlandaskan nilai-nilai Islam, tetapi menerapkan sistem pendidikan yang lebih formal dan terstruktur. Mereka menggabungkan pelajaran agama dengan pelajaran umum seperti bahasa Inggris, sains, ekonomi, dan teknologi.

Ciri khas pesantren modern antara lain:

  1. Sistem pendidikan formal. Menggunakan kurikulum yang terintegrasi dengan kurikulum nasional.
  2. Bahasa asing sebagai alat komunikasi. Santri diwajibkan menggunakan bahasa Arab dan Inggris dalam percakapan sehari-hari.
  3. Disiplin dan tata tertib yang ketat. Jadwal santri diatur secara rinci dari bangun tidur hingga tidur malam.
  4. Fasilitas yang lebih modern. Umumnya dilengkapi dengan laboratorium, perpustakaan, hingga kegiatan ekstrakurikuler yang beragam.
  5. Kepemimpinan kolektif. Berbeda dari pesantren salaf yang berpusat pada kiai tunggal, pesantren modern biasanya dikelola secara kelembagaan.

Contoh pesantren modern yang terkenal di Indonesia antara lain Pondok Modern Darussalam Gontor, Pesantren Al-Amien Prenduan, dan Pesantren Darul Muttaqien Bogor.

Perbedaan Utama antara Pesantren Modern dan Tradisional

Berikut adalah beberapa aspek perbedaan yang paling menonjol antara kedua tipe pesantren ini:

  1. Sistem Pembelajaran
    • Pesantren Tradisional: Menggunakan metode bandongan dan sorogan. Santri belajar langsung dari kiai melalui kitab kuning.
    • Pesantren Modern: Menerapkan sistem kelas formal dengan pembagian kurikulum dan jadwal yang terstruktur.
  2. Materi Pelajaran
    • Tradisional: Fokus pada ilmu-ilmu agama seperti fiqih, tafsir, hadits, dan bahasa Arab klasik.
    • Modern: Menggabungkan pelajaran agama dengan pelajaran umum seperti matematika, fisika, dan bahasa asing.
  3. Peran Kiai dan Sistem Kepemimpinan
    • Tradisional: Kiai menjadi tokoh sentral dan pemegang penuh keputusan pesantren.
    • Modern: Dikelola oleh dewan pimpinan dengan sistem administrasi dan manajemen yang profesional.
  4. Bahasa Pengantar
    • Tradisional: Bahasa Arab digunakan hanya dalam konteks pembelajaran kitab.
    • Modern: Santri diwajibkan berkomunikasi dengan bahasa Arab dan Inggris setiap hari.
  5. Tujuan Pendidikan
    • Tradisional: Membentuk santri yang alim, zuhud, dan ahli agama.
    • Modern: Membentuk santri yang berilmu agama sekaligus siap berkompetisi di dunia global.

Kelebihan dan Kekurangan Masing-Masing Pesantren

Pesantren Tradisional

Kelebihan:

  • Menjaga keaslian tradisi keilmuan Islam klasik.
  • Menghasilkan ulama dan tokoh agama yang mumpuni dalam bidang fiqih dan tafsir.
  • Memiliki suasana belajar yang penuh keberkahan dan kedekatan spiritual dengan guru.
  • Menanamkan nilai keikhlasan, kesabaran, dan kemandirian yang kuat.

Kekurangan:

  • Kurang memberikan porsi besar pada pelajaran umum dan keterampilan modern.
  • Sistem pengajaran kadang bergantung pada pribadi kiai dan belum terstandardisasi.

Pesantren Modern

Kelebihan:

  • Menghasilkan santri yang religius sekaligus berwawasan global.
  • Mampu mencetak generasi yang siap bersaing di dunia akademik dan profesional.
  • Menerapkan manajemen yang profesional dan transparan.
  • Santri terampil dalam berbahasa Arab dan Inggris.

Kekurangan:

  • Potensi menurunnya kedalaman spiritual karena sistemnya lebih formal.
  • Tidak semua pesantren modern mampu menjaga nilai keikhlasan dan kesederhanaan seperti pesantren tradisional.

Mana yang Lebih Baik?

Pertanyaan “mana yang lebih baik” sebenarnya tidak bisa dijawab secara mutlak. Keduanya memiliki keunggulan masing-masing yang saling melengkapi. Pesantren tradisional unggul dalam membentuk keilmuan agama dan akhlak, sementara pesantren modern unggul dalam menyiapkan generasi Islam yang adaptif terhadap kemajuan zaman.

Pilihan terbaik tergantung pada tujuan pendidikan dan karakter anak.

  • Jika orang tua ingin anaknya mendalami ilmu agama klasik, menjadi ulama, atau tokoh keagamaan, maka pesantren tradisional adalah pilihan tepat.
  • Jika ingin anaknya memiliki dasar agama kuat namun juga siap menghadapi dunia modern, maka pesantren modern bisa menjadi pilihan ideal.

Beberapa pesantren bahkan kini menggabungkan kedua sistem tersebut. Mereka tetap mengajarkan kitab kuning, tetapi juga membuka pendidikan formal dan pelatihan keterampilan modern. Contohnya Pesantren Sidogiri, Darunnajah, dan Al-Amien Prenduan yang berhasil menyeimbangkan antara tradisi dan modernitas.

Perpaduan Ideal: Menjaga Tradisi, Menghadapi Modernitas

Kunci keberhasilan pendidikan pesantren masa kini adalah kemampuan untuk menjaga nilai tradisi sambil beradaptasi dengan kemajuan zaman. Modernisasi tidak harus berarti meninggalkan tradisi, dan mempertahankan tradisi tidak berarti menolak perubahan.

Pesantren yang ideal adalah pesantren yang mampu melahirkan santri berakhlak seperti ulama klasik, namun juga memiliki kecakapan berpikir kritis, kreatif, dan produktif di era digital.

Dengan demikian, baik pesantren tradisional maupun modern memiliki peran yang sama pentingnya dalam membangun generasi Islam Indonesia yang kuat secara spiritual, intelektual, dan moral.

Penutup

Pesantren tradisional dan modern adalah dua wajah pendidikan Islam yang sama-sama mulia. Perbedaannya bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk saling melengkapi. Keduanya lahir dari semangat yang sama: mencetak manusia beriman, berilmu, dan berakhlak.

Selama pesantren terus berpegang pada nilai keikhlasan, keilmuan, dan pengabdian, maka ia akan selalu relevan di setiap zaman. Dalam dunia yang terus berubah, pesantren — baik tradisional maupun modern — tetap menjadi benteng moral bangsa dan penjaga peradaban Islam di Indonesia.

Sumber:

  • Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai, LP3ES, 2011.
  • Kementerian Agama RI, Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren.
  • Abdurrahman Wahid, Pesantren Sebagai Subkultur, Prisma, 1985.
  • Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, Gading Publishing, 1999.
  • Website resmi Pondok Modern Gontor dan Pesantren Sidogiri.

Related Post

Leave a Comment