Today

Bentuk Hormat dan Adab Santri Kepada Guru di Pesantren

Santri.ID

Bentuk Hormat dan Adab Santri Kepada Guru di Pesantren / Canva Edu

Bentuk Hormat dan Adab Santri Kepada Guru di Pesantren – Dalam tradisi pesantren, hubungan antara santri dan guru bukan sekadar hubungan antara murid dan pengajar. Lebih dari itu, hubungan ini dibangun atas dasar keikhlasan, penghormatan, dan adab yang tinggi. Guru di pesantren sering disebut kiai, ustaz, atau nyai, yang tidak hanya berperan sebagai pendidik, tetapi juga pembimbing spiritual dan teladan dalam kehidupan sehari-hari.

Adab santri kepada guru menjadi salah satu fondasi penting dalam pendidikan pesantren. Para santri diajarkan bahwa keberkahan ilmu tidak hanya terletak pada seberapa banyak ilmu yang dikuasai, tetapi juga pada seberapa besar adab yang mereka jaga terhadap guru. Nilai-nilai ini menjadi ciri khas pendidikan pesantren yang membedakannya dari lembaga pendidikan lain di Indonesia.

Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai bentuk hormat dan adab santri kepada guru di pesantren, serta relevansinya dengan kehidupan modern saat ini.

Makna Adab dalam Tradisi Pesantren

Adab berasal dari kata Arab adabun yang berarti sopan santun, etika, dan tata krama. Dalam konteks pesantren, adab memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada sekadar pengetahuan formal. Seorang santri yang berilmu tinggi tetapi tidak beradab dianggap belum mencapai derajat kemuliaan ilmu yang sesungguhnya.

Kiai dan para ustaz di pesantren selalu menanamkan prinsip bahwa “ilmu tidak akan masuk ke hati yang tidak menghormati gurunya.” Oleh karena itu, pelajaran pertama bagi santri biasanya bukan tentang kitab kuning, melainkan tentang bagaimana bersikap kepada guru dan sesama santri.

Adab juga menjadi cerminan dari nilai keikhlasan dan ketulusan dalam menuntut ilmu. Santri diajarkan untuk mencari ilmu bukan semata-mata demi gelar atau status, melainkan untuk mendapatkan ridha Allah melalui keberkahan guru.

Pentingnya Menghormati Guru dalam Islam

Dalam Islam, guru menempati posisi yang sangat mulia. Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat adalah hilangnya ilmu, munculnya kebodohan, dan sedikitnya orang yang mengajarkan ilmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya peran guru dalam menjaga ilmu di tengah umat. Karena itu, menghormati guru adalah bentuk penghormatan terhadap ilmu itu sendiri. Dalam Al-Qur’an pun, Allah memuliakan orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang mengajarkan ilmu:

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Oleh sebab itu, pesantren menempatkan penghormatan kepada guru sebagai bagian dari ibadah. Ketika seorang santri bersikap sopan, tunduk, dan menghormati gurunya, itu bukan hanya etika sosial, tetapi juga bagian dari adab spiritual yang bernilai ibadah.

Bentuk Hormat Santri Kepada Guru di Pesantren

Tradisi penghormatan santri kepada guru di pesantren memiliki banyak bentuk, baik dalam tindakan, ucapan, maupun sikap hati. Berikut beberapa bentuk adab yang paling sering dijaga dan dilestarikan:

1. Menundukkan Pandangan dan Menjaga Bahasa

Santri diajarkan untuk menundukkan pandangan ketika berhadapan dengan guru sebagai simbol kerendahan hati. Mereka juga menjaga tutur kata dengan sopan, tidak berbicara keras, dan tidak memotong pembicaraan guru. Dalam tradisi pesantren, berbicara dengan suara keras di hadapan guru dianggap sebagai bentuk kurang ajar dan dapat menghilangkan keberkahan ilmu.

2. Tidak Mendahului Berbicara atau Berjalan di Depan Guru

Santri juga tidak diperbolehkan mendahului guru dalam berbicara atau berjalan. Hal ini melambangkan penghormatan terhadap otoritas dan kemuliaan ilmu yang dibawa oleh guru. Dalam banyak pesantren, santri bahkan menunggu izin sebelum duduk atau meninggalkan majelis pengajian.

3. Mencium Tangan Guru

Salah satu bentuk adab yang sangat dikenal di pesantren adalah mencium tangan guru setiap kali berjumpa. Tradisi ini bukan sekadar formalitas, melainkan simbol rasa hormat, cinta, dan permohonan doa restu agar ilmu yang didapat menjadi berkah.

4. Mendengarkan Nasihat dengan Hati Terbuka

Santri tidak hanya diajarkan untuk mendengar pelajaran kitab, tetapi juga meneladani nasihat dan perilaku gurunya. Dalam pesantren, nasehat guru sering dianggap sebagai mau’izhah hasanah (petuah yang baik) yang mengandung hikmah kehidupan.

5. Mengamalkan Ilmu yang Diajarkan

Salah satu bentuk penghormatan tertinggi kepada guru adalah mengamalkan ilmu yang telah diajarkan. Para ulama sering berpesan, “Barang siapa yang tidak mengamalkan ilmunya, maka ia telah mengkhianati gurunya.” Karena itu, santri yang benar-benar beradab akan menunjukkan hasil pendidikan gurunya melalui perilaku dan amal saleh di masyarakat.

6. Mendoakan Guru

Santri juga diajarkan untuk selalu mendoakan guru-guru mereka, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat. Dalam banyak pesantren, tradisi tahlil dan doa bersama untuk guru yang telah meninggal menjadi agenda rutin. Hal ini menunjukkan bentuk rasa terima kasih dan penghargaan yang abadi terhadap jasa guru.

7. Menjaga Nama Baik Guru dan Pesantren

Bagi santri, menjaga kehormatan guru berarti juga menjaga nama baik pesantren. Ketika mereka terjun ke masyarakat, setiap tindakan mereka mencerminkan nilai-nilai yang telah diajarkan oleh gurunya. Oleh karena itu, santri yang sejati akan selalu berhati-hati dalam bersikap, berbicara, dan bertindak agar tidak mencoreng nama baik pesantren dan kiai.

Relevansi Adab Santri di Era Modern

Di era modern yang serba digital, nilai-nilai adab sering kali terpinggirkan. Banyak orang yang lebih fokus pada pencapaian akademik dan teknologi, tetapi melupakan pentingnya etika dan tata krama. Di sinilah pesantren tetap relevan — sebagai benteng moral yang menjaga keseimbangan antara ilmu dan adab.

Santri yang memiliki adab tinggi kepada guru biasanya akan tumbuh menjadi pribadi yang rendah hati, disiplin, dan berintegritas. Nilai-nilai ini sangat dibutuhkan dalam dunia modern yang penuh dengan tantangan moral.

Bahkan dalam konteks profesional, seseorang yang terbiasa menghormati guru akan lebih mudah menghormati atasan, kolega, dan masyarakat luas. Dengan demikian, adab santri bukan hanya relevan untuk dunia pesantren, tetapi juga untuk kehidupan sosial dan profesional di masa depan.

Pesan Ulama tentang Adab kepada Guru

Banyak ulama besar yang menekankan pentingnya adab kepada guru. Imam Malik, misalnya, dikenal sangat menghormati gurunya, Imam Ja’far ash-Shadiq. Ia tidak pernah duduk di hadapan gurunya kecuali dalam keadaan suci, dan selalu berusaha menampakkan sikap rendah hati.

Imam Syafi’i juga berkata:

“Aku membuka lembaran kitab di hadapan guruku dengan perlahan, karena aku khawatir suara lembaran itu mengganggunya.”

Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa para ulama besar pun menempatkan adab di atas ilmu. Mereka sadar bahwa keberkahan ilmu datang melalui kerendahan hati dan penghormatan terhadap guru.

Penutup

Adab santri kepada guru di pesantren bukan sekadar tradisi, tetapi warisan spiritual yang membentuk karakter bangsa. Dalam dunia yang semakin modern, nilai-nilai ini tetap relevan untuk dijaga dan diamalkan.

Menghormati guru berarti menghormati ilmu, dan menghormati ilmu berarti menghormati Allah yang memberi ilmu tersebut. Maka, semakin tinggi derajat seorang santri, seharusnya semakin tinggi pula rasa hormat dan adabnya kepada guru.

Dengan menjaga adab, para santri tidak hanya memperoleh ilmu yang bermanfaat, tetapi juga keberkahan yang akan menyertai hidup mereka di mana pun berada.

Sumber:

  • Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Bab Adab Thalib al-‘Ilm.
  • Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai, LP3ES, 2011.
  • Kementerian Agama RI, Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren.
  • Hadis-hadis Shahih Bukhari dan Muslim tentang Adab dan Ilmu.

Related Post

Leave a Comment