10 Tradisi Pesantren di Indonesia yang Masih Lestari Hingga Kini – Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang telah memainkan peran penting dalam membentuk karakter bangsa. Sejak berdirinya pesantren pertama di Nusantara pada abad ke-18, sistem pendidikan ini tidak hanya fokus pada pengajaran ilmu agama, tetapi juga pada pembentukan akhlak, kedisiplinan, dan kemandirian. Dalam perjalanannya, pesantren melahirkan banyak tokoh besar seperti ulama, cendekiawan, dan pemimpin masyarakat.
Salah satu keunikan pesantren adalah kelestarian tradisinya yang tetap dijaga hingga kini, meskipun dunia terus mengalami perubahan pesat akibat modernisasi dan globalisasi. Tradisi-tradisi tersebut tidak hanya menjadi simbol identitas pesantren, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai luhur Islam yang kontekstual dengan budaya Indonesia. Artikel ini akan membahas berbagai tradisi pesantren yang masih lestari hingga kini dan bagaimana maknanya tetap relevan di tengah arus kemajuan zaman.
1. Tradisi Ngaji Kitab Kuning
Tradisi paling ikonik di pesantren adalah ngaji kitab kuning. Kitab kuning merupakan literatur klasik Islam berbahasa Arab yang berisi ajaran fiqih, tafsir, hadis, tauhid, tasawuf, dan bahasa Arab. Di pesantren tradisional, santri belajar kitab ini dengan metode bandongan (kiai membaca dan menjelaskan, santri menyimak) atau sorogan (santri membaca di hadapan kiai).
Tradisi ini masih lestari hingga kini karena dianggap sebagai jantung pendidikan pesantren. Melalui kitab kuning, santri tidak hanya memahami ilmu agama secara mendalam, tetapi juga dilatih berpikir kritis dan sistematis. Banyak pesantren modern pun tetap mempertahankan tradisi ini meskipun telah mengadopsi sistem pendidikan formal dan teknologi digital.
2. Tradisi Menghormati dan Taat kepada Kiai
Hubungan antara santri dan kiai di pesantren bukan sekadar hubungan guru dan murid, tetapi lebih dalam lagi sebagai hubungan spiritual. Santri diajarkan untuk menghormati dan menaati kiai dengan penuh adab. Dalam tradisi pesantren, restu kiai dianggap memiliki keberkahan (barokah) yang akan membawa kesuksesan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Ketaatan dan penghormatan ini tidak berarti fanatisme, tetapi bentuk pendidikan karakter yang mengajarkan rasa hormat terhadap ilmu dan guru. Hingga kini, santri masih menjunjung tinggi adab ini, bahkan setelah lulus dari pesantren mereka tetap menjaga hubungan baik dengan kiai dan pesantrennya.
3. Tradisi Sorogan dan Bandongan
Metode sorogan dan bandongan menjadi ciri khas dalam sistem pendidikan pesantren. Dalam metode sorogan, santri membaca kitab di hadapan kiai untuk dikoreksi dan dijelaskan maknanya. Sedangkan bandongan dilakukan dalam bentuk pengajian umum di mana kiai membaca kitab dan santri menyimak sambil memberi catatan di pinggir teks.
Tradisi ini mengajarkan kesabaran, kedisiplinan, serta tanggung jawab dalam menuntut ilmu. Walaupun beberapa pesantren kini menggunakan teknologi seperti proyektor dan aplikasi digital, metode klasik ini tetap dipertahankan karena terbukti efektif dalam menanamkan pemahaman mendalam terhadap ilmu agama.
4. Tradisi Hafalan (Tahfiz dan Nadham)
Hafalan merupakan tradisi yang sangat ditekankan di pesantren, terutama dalam bidang Al-Qur’an dan teks-teks penting keislaman seperti nadham Alfiyah (kaidah bahasa Arab) atau jurumiyah. Tradisi ini tidak hanya melatih daya ingat, tetapi juga membentuk kedisiplinan dan ketekunan santri.
Banyak pesantren yang memiliki jadwal khusus untuk setoran hafalan setiap pekan atau bulan. Santri yang telah hafal biasanya mendapatkan penghargaan dari kiai, yang menandakan capaian ilmu dan kesungguhan mereka. Tradisi hafalan ini masih lestari hingga kini, bahkan menjadi bagian dari sistem pendidikan pesantren modern dengan dukungan teknologi digital.
5. Tradisi Mujahadah dan Riyadhoh
Tradisi mujahadah (doa bersama) dan riyadhoh (latihan spiritual) juga merupakan bagian penting dari kehidupan santri. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada malam hari dengan membaca wirid, dzikir, shalawat, atau tahlil secara berjamaah. Tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperkuat spiritualitas, dan membersihkan hati dari sifat negatif.
Tradisi ini masih dipertahankan oleh pesantren karena dianggap mampu menyeimbangkan antara ilmu pengetahuan dan kekuatan spiritual. Di beberapa pesantren besar, mujahadah dilakukan setiap malam Jumat atau malam tertentu dalam bulan hijriah seperti Sya’ban dan Muharram.
6. Tradisi Khidmah (Mengabdi di Pesantren)
Setelah menyelesaikan masa belajar, banyak santri memilih untuk khidmah atau mengabdi di pesantren selama beberapa waktu. Mereka membantu kegiatan pesantren, mendampingi santri baru, atau menjadi asisten kiai. Tradisi ini memiliki nilai pendidikan yang sangat tinggi karena menanamkan rasa tanggung jawab, keikhlasan, dan pengabdian.
Tradisi khidmah juga menjadi bentuk rasa terima kasih santri kepada pesantren dan kiai atas ilmu yang telah diberikan. Hingga kini, banyak alumni pesantren yang dengan sukarela kembali ke pesantren untuk membantu mengembangkan lembaga tersebut, baik secara fisik maupun spiritual.
7. Tradisi Tahlilan, Maulidan, dan Khataman
Tradisi keagamaan seperti tahlilan, maulidan, dan khataman Al-Qur’an merupakan kegiatan rutin di pesantren. Tahlilan dilakukan untuk mendoakan arwah para ulama dan keluarga pesantren, sedangkan maulidan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Kegiatan ini bukan hanya ritual, tetapi juga sarana mempererat silaturahmi antar-santri dan masyarakat sekitar. Nilai kebersamaan dan gotong royong yang terkandung di dalamnya membuat tradisi ini tetap lestari hingga kini, bahkan di pesantren modern sekalipun.
8. Tradisi Bahasa Arab dan Bahasa Daerah
Di banyak pesantren, penggunaan bahasa Arab menjadi tradisi yang dijaga ketat. Santri diwajibkan berbicara bahasa Arab dalam percakapan sehari-hari untuk melatih kemampuan linguistik dan memahami kitab kuning dengan baik.
Namun, selain bahasa Arab, banyak pesantren juga mempertahankan bahasa daerah seperti Jawa, Sunda, atau Madura dalam komunikasi sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa pesantren tetap menghormati kearifan lokal sambil menjaga tradisi keilmuan Islam internasional.
9. Tradisi Kehidupan Sederhana dan Mandiri
Pesantren mengajarkan kesederhanaan dan kemandirian sejak awal. Santri hidup dengan fasilitas seadanya, mencuci pakaian sendiri, memasak bergiliran, dan menjaga kebersihan lingkungan. Tradisi ini menanamkan nilai-nilai kerja keras, tanggung jawab, serta kemampuan hidup mandiri.
Nilai kesederhanaan inilah yang membuat banyak alumni pesantren memiliki karakter tangguh dan rendah hati ketika kembali ke masyarakat. Walaupun banyak pesantren kini telah modern, prinsip hidup sederhana tetap dijadikan pedoman utama dalam kehidupan santri.
10. Tradisi Silaturahmi dan Ziarah Ulama
Salah satu tradisi yang tak pernah hilang di kalangan santri dan alumni pesantren adalah ziarah ke makam para ulama atau kiai pendiri pesantren. Kegiatan ini dilakukan untuk mengenang jasa mereka sekaligus menumbuhkan rasa cinta terhadap perjuangan dakwah Islam.
Selain itu, silaturahmi antar-alumni dan antar-pesantren juga menjadi tradisi yang dijaga. Setiap tahun, banyak pesantren mengadakan haul (peringatan wafatnya kiai) yang dihadiri ribuan santri dan masyarakat. Tradisi ini memperkuat ukhuwah Islamiyah dan menjaga kesinambungan ajaran kiai terdahulu.
Penutup
Tradisi pesantren di Indonesia bukan sekadar rutinitas keagamaan, melainkan warisan spiritual dan budaya yang memiliki nilai luhur. Tradisi seperti ngaji kitab kuning, khidmah, mujahadah, dan menghormati guru adalah pilar yang membentuk karakter santri dan memperkuat moral bangsa.
Di tengah perkembangan zaman yang serba digital, pesantren tetap menjadi benteng moral yang menjaga warisan keilmuan Islam klasik sekaligus menyesuaikan diri dengan perubahan. Melestarikan tradisi pesantren berarti menjaga jati diri bangsa Indonesia yang religius, santun, dan berakhlak mulia.
Sumber:
- Kementerian Agama RI. (2024). Tradisi Pesantren dan Kearifan Lokal Indonesia.
- NU Online. (2023). Pesantren sebagai Benteng Tradisi Islam Nusantara.
- Republika.co.id. (2024). Ngaji Kitab Kuning dan Kelestarian Nilai Pesantren.