Kultum Ramadhan Hari Kelima Keutamaan Sabar dalam Menjalani Ibadah Puasa

santri.id – Kultum Ramadhan Hari Kelima: Keutamaan Sabar dalam Menjalani Ibadah Puasa, Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk menjalani ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga hari kiamat.
Pada kesempatan kultum hari kelima ini, kita akan membahas tentang salah satu sifat mulia yang sangat dibutuhkan dalam menjalani ibadah puasa, yaitu kesabaran. Sabar merupakan kunci utama dalam meraih keberkahan dan kesuksesan di dunia maupun akhirat. Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya bahwa Dia selalu bersama orang-orang yang sabar (QS. Al-Baqarah: 153).
Keutamaan Sabar dalam Menjalani Ibadah Puasa
Puasa di bulan Ramadhan bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga melatih diri kita untuk bersabar dalam menghadapi berbagai ujian. Sabar dalam puasa meliputi tiga aspek utama, yaitu sabar dalam menahan hawa nafsu, sabar dalam menjalankan ibadah, dan sabar dalam menghadapi cobaan yang datang selama bulan Ramadhan.
Sabar dalam menahan hawa nafsu berarti kita mampu mengendalikan diri dari hal-hal yang membatalkan dan mengurangi pahala puasa, seperti berkata kasar, marah, dan melakukan perbuatan yang tidak bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda, “Puasa adalah perisai, maka janganlah seseorang yang sedang berpuasa berkata-kata keji atau bertindak bodoh. Jika ada seseorang yang mencacinya atau mengajaknya bertengkar, hendaknya ia berkata, ‘Aku sedang berpuasa'” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini mengajarkan kepada kita bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menjaga sikap dan perilaku agar tetap dalam kebaikan.
Selain itu, sabar dalam menjalankan ibadah sangat penting, terutama dalam menunaikan shalat Tarawih, membaca Al-Qur’an, dan berzikir kepada Allah SWT. Tidak sedikit orang yang merasa lelah dan bosan di tengah perjalanan Ramadhan, sehingga ibadahnya menjadi kendur. Padahal, di bulan inilah segala amal ibadah dilipatgandakan pahalanya. Maka dari itu, kita harus tetap bersemangat dan bersabar dalam menjalankan semua ibadah yang telah Allah perintahkan.
Meneladani Kesabaran Para Nabi dalam Beribadah
Sebagai seorang Muslim, kita dapat meneladani kesabaran yang dicontohkan oleh para nabi dalam menghadapi berbagai cobaan. Salah satu contoh terbaik adalah kisah Nabi Ayyub AS, yang tetap bersabar meskipun diuji dengan penyakit yang sangat berat dan kehilangan seluruh hartanya. Dalam kondisi yang sangat sulit, beliau tetap beribadah dan tidak pernah mengeluh kepada Allah. Akhirnya, Allah memberikan kesembuhan dan mengganti semua yang telah hilang dengan sesuatu yang lebih baik.
Begitu pula dengan Nabi Muhammad SAW, beliau menghadapi banyak ujian dalam berdakwah, termasuk cacian, penganiayaan, dan pemboikotan. Namun, beliau tetap sabar dan terus menyebarkan ajaran Islam dengan penuh kelembutan. Kesabaran beliau menjadi bukti bahwa seorang mukmin sejati harus mampu bertahan dalam menghadapi berbagai cobaan.
Dari kisah para nabi ini, kita belajar bahwa kesabaran adalah kunci keberhasilan. Dalam menjalankan puasa, kita pun harus memiliki keteguhan hati agar bisa meraih keberkahan yang telah dijanjikan Allah. Tidak ada ibadah yang sia-sia jika dilakukan dengan kesabaran dan keikhlasan.
Penutupan
Demikian kultum hari kelima ini tentang keutamaan sabar dalam menjalani ibadah puasa. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang selalu bersabar dalam menjalani kehidupan dan meraih ridha Allah SWT. Marilah kita manfaatkan bulan Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya, meningkatkan ketakwaan, dan menjadikan kesabaran sebagai bagian dari kehidupan kita sehari-hari.
Semoga Allah SWT selalu membimbing kita dalam kebaikan dan menerima segala amal ibadah kita di bulan yang penuh berkah ini. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sumber:
- Al-Qur’an dan Terjemahannya
- Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim
- Tafsir Ibnu Katsir